- Polda Riau Tanggapi Insiden Anarkis Saat Penertiban PETI di Kuantan Singingi, Pelaku Segera Diproses Hukum
- Kapolres Kampar Tanamkan Nilai Cinta Lingkungan Sejak Dini Lewat Program Green Policing di TK Pertiwi
- BNNP Riau Ungkap Empat Kasus Narkotika, Sita 6,1 Kg Sabu dan 970 Butir Ekstasi
- Mobil Xpander Hilang Kendali, Tabrak Brio dan Pohon di Dekat Taman Labuay Pekanbaru
- Polsek Batu Hampar Sosialisasikan Green Policing, Ajak Siswa TK Cinta Lingkungan Sejak Dini
- Pastikan Disiplin Anggota, Kapolres Kampar Lakukan Inspeksi Mendadak Senpi Dinas
- Tim Subdit I Ditresnarkoba Polda Riau Gulung Sindikat Narkoba, Sita 923 Ekstasi dan 1,3 Kg Sabu
- Lewat Konsep Green Policing, Kapolda Riau Ajak Pelajar Darma Yudha Jadi Generasi Penjaga Bumi
- Tim Raga Polres Pelalawan Gelar Patroli Gabungan, Ciptakan Kamtibmas Kondusif di Akhir Pekan
- Green Policing dan Keterampilan Public Speaking Jadi Fokus Kapolda Riau dalam Pembinaan Personil
Meski Dirawat Intensif, Anak Gajah Sumatera yang Ditinggalkan Induknya Tak Bertahan Hidup

Keterangan Gambar : Foto : Kondisi Gajah Yuni Saat Penanganan
FN Indonesia Pekanbaru – Dunia konservasi kembali berduka. Seekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang dievakuasi dari Desa Gunung Mulya, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, tidak mampu bertahan hidup meski telah mendapatkan perawatan intensif di Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga, Kabupaten Bengkalis.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Supartono, mengatakan bahwa anak gajah yang diberi nama Yuni tersebut pertama kali ditemukan pada 10 Maret 2025 dalam kondisi terpisah dari induk dan kelompoknya.
“Awalnya kami berusaha mencari kelompoknya untuk mengembalikannya ke alam, namun tidak berhasil ditemukan. Selanjutnya, Yuni dibawa ke Pusat Konservasi Gajah Minas. Di sana, kami mencoba mendekatkannya ke gajah betina, tetapi selama tiga hari tidak ada yang mau menerimanya,” jelas Supartono.
Baca Lainnya :
- Polsek Batu Hampar Gelar Sosialisasi Green Policing dan Tanam Pohon di SMA N 1 Batu Hampar0
- Program Makan Bergizi Gratis Jadi Harapan untuk Masa Depan Anak Indonesia0
- Pengendara Motor di Pekanbaru Ditangkap Polisi di Lampu Merah, Kedapatan Buang Ekstasi0
- Rem Blong, Truk Boks Hantam Tiga Kendaraan di HR Soebrantas, Imam Masjid Tewas di Tempat0
- Menuju Indonesia Emas, Program Makan Bergizi Gratis Wujudkan Generasi Sehat dan Cerdas0
Karena upaya itu gagal, Yuni kemudian dipindahkan ke PLG Sebanga dan ditempatkan bersama seekor gajah betina yang tengah menyusui. Harapannya, Yuni bisa diasuh dan mendapatkan susu. Namun, gajah betina tersebut juga menolak kehadirannya.
Tim medis yang terdiri dari satu dokter hewan dan tiga mahout kemudian memberikan susu formula dan buah-buahan. Akan tetapi, Yuni mengalami trauma dan bersikap agresif, sehingga sulit menerima makanan dan minuman. Kondisinya menurun pada 8 April dan memerlukan perawatan intensif, termasuk pemberian infus. Sempat membaik, tetapi pada 10 April kesehatannya kembali memburuk. Pada 11 April pukul 05.00 WIB, Yuni ditemukan telah mati.
BBKSDA Riau mengirimkan sampel darah dan organ ke Laboratorium Medikal Satwa Bogor untuk memeriksa kemungkinan infeksi Elephant Endotheliotropic Herpesvirus (EEHV). Hasilnya negatif. Uji histopatologi yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan bahwa Yuni mengalami pneumonia hemoragik yang menyebabkan gagal napas, gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan usus yang memicu dehidrasi dan malnutrisi, hingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan hypovolemic shock.
Selain faktor penyakit, Supartono menyebut stres akibat terpisah dari induk dan kelompoknya turut memperburuk kondisi Yuni. “Stres menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun, sehingga rentan terserang penyakit. Ini menjadi tantangan besar dalam upaya penyelamatan satwa liar, khususnya gajah Sumatera,” tutupnya. (F)