- Polda Riau Tanggapi Insiden Anarkis Saat Penertiban PETI di Kuantan Singingi, Pelaku Segera Diproses Hukum
- Kapolres Kampar Tanamkan Nilai Cinta Lingkungan Sejak Dini Lewat Program Green Policing di TK Pertiwi
- BNNP Riau Ungkap Empat Kasus Narkotika, Sita 6,1 Kg Sabu dan 970 Butir Ekstasi
- Mobil Xpander Hilang Kendali, Tabrak Brio dan Pohon di Dekat Taman Labuay Pekanbaru
- Polsek Batu Hampar Sosialisasikan Green Policing, Ajak Siswa TK Cinta Lingkungan Sejak Dini
- Pastikan Disiplin Anggota, Kapolres Kampar Lakukan Inspeksi Mendadak Senpi Dinas
- Tim Subdit I Ditresnarkoba Polda Riau Gulung Sindikat Narkoba, Sita 923 Ekstasi dan 1,3 Kg Sabu
- Lewat Konsep Green Policing, Kapolda Riau Ajak Pelajar Darma Yudha Jadi Generasi Penjaga Bumi
- Tim Raga Polres Pelalawan Gelar Patroli Gabungan, Ciptakan Kamtibmas Kondusif di Akhir Pekan
- Green Policing dan Keterampilan Public Speaking Jadi Fokus Kapolda Riau dalam Pembinaan Personil
Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan Sampaikan Duka Mendalam atas Kematian Gajah Tari Kalista Lestari

Keterangan Gambar : Foto : Istimewa
FN Indonesia Pekanbaru - Kabar duka menyelimuti Riau setelah anak gajah Tari Kalista Lestari, yang dikenal sebagai adik angkat gajah Domang di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), ditemukan mati pada Rabu 10 September 2025 pagi.
Menanggapi kabar tersebut, Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan SIK MH MHum menyampaikan pernyataan penuh makna, yang bukan hanya sebagai ungkapan belasungkawa, tetapi juga refleksi tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam.
“Hari ini, dengan hati yang berat namun penuh keikhlasan, saya menyampaikan bahwa putri angkat kita, Gajah Tari Kalista Lestari, telah kembali ke pangkuan alam semesta. Kehidupan Tari telah mengalir dengan indah, memberikan makna dan pelajaran bagi kita semua,” ucap Kapolda.
Dalam pernyataannya, Kapolda menegaskan bahwa Tari bukan sekadar seekor gajah. Keberadaannya adalah simbol rapuhnya keseimbangan ekosistem Tesso Nilo yang terus terancam oleh penyempitan habitat dan tekanan pembangunan.
“Ia adalah suara hutan Tesso Nilo yang semakin menyempit. Kepergiannya menjadi pengingat bahwa hubungan kita dengan alam bukanlah hubungan penguasa dengan yang dikuasai, melainkan hubungan saling menjaga dan menghormati,” ungkapnya.
Kapolda bahkan mengutip filosofi Yunani kuno bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan transformasi. “Jiwa Tari kini menyatu dengan semesta, menjadi energi yang akan terus menginspirasi kita menjaga kelestarian hutan dan satwa liar,” imbuhnya.
Irjen Herry mengaku merasakan kehilangan yang mendalam sebagai orang tua angkat Tari. Namun, ia menekankan bahwa Tari tetap hidup dalam komitmen bersama menjaga lingkungan.
“Tari hidup dalam setiap pohon yang kita tanam, dalam kebijakan Green Policing yang terus kita kembangkan, dan dalam komitmen kita melindungi hutan Tesso Nilo,” katanya.
Saat ini, tim dokter hewan tengah melakukan nekropsi untuk memastikan penyebab kematian Tari. Kapolda mengajak masyarakat untuk menerima hasilnya dengan lapang dada dan menjadikannya pelajaran berharga dalam upaya perlindungan satwa liar ke depan.
Kapolda juga menyampaikan janjinya kepada Domang, gajah jinak yang sebelumnya akrab dengan Tari. “Kepada Domang, sahabat Tari yang masih berjuang di Tesso Nilo, saya berjanji akan terus menjagamu dan habitatmu,” ucapnya.
Ia mengajak seluruh masyarakat Riau menjadikan kepergian Tari sebagai momentum memperkuat komitmen menjaga keseimbangan alam.
“Seperti pohon yang kita tanam bersama, semoga warisan Tari akan tumbuh kuat dan memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Selamat jalan, Tari. Engkau bukan hanya warga kehormatan Riau, tapi juga putri kebanggaan yang telah mengajarkan kita arti keseimbangan dan kelestarian,” tutup Kapolda. (***)