- Sinergi TNI-Polri, Danramil dan Camat Sambangi Polsek Pekanbaru Kota Rayakan HUT Bhayangkara 2025
- Presiden Beri Penghargaan Bergengsi kepada Divisi Humas Polri dan Enam Satuan Kerja Lain
- Hari Bhayangkara ke-79 di Kediaman Gubernur Riau, Tampilkan Wajah Baru Polri yang Humanis dan Inklusif
- 95 Personel Polresta Pekanbaru Naik Pangkat, Kapolresta: Ini Amanah untuk Tingkatkan Pengabdian
- Dirgahayu Polri ke-79! PSMTI Riau: Polri Milik Rakyat, Teruslah Mengabdi untuk Negeri
- Polres Rokan Hilir Gelar Bhakti Sosial Pengadaan Fasilitas Air Bersih Sambut HUT Bhayangkara ke-79
- Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional, Polsek Batu Hampar Bersama Warga Tanam Jagung 2 Hektare
- 937 Personil Naik Pangkat, Kapolda Riau: Tekankan Pelayanan Tulus dan Integritas
- Gema Cinta Lingkungan dan Semangat Persatuan Warnai Festival Polisi Cilik Hari Bhayangkara ke-79 di GOR Tribuana
- Tri Prasetyo dan Denis Raih Juara 1 Bhayangkara Drag Bike 2025 Polda Riau
Jembatan Penghubung Antar Pulau di Meranti Mangkrak, Anggaran Fantastis Tak Tuntas

Keterangan Gambar : Foto : Istimewa
FN Indonesia Kepulauan Meranti, Riau – Harapan besar masyarakat di Kecamatan Tasik Putripuyu dan sekitarnya untuk memiliki akses penghubung antar pulau Meranti yang layak kini berubah menjadi kekecewaan mendalam. Proyek pembangunan Jembatan Perawang, yang sempat menjadi simbol kemajuan infrastruktur wilayah pesisir Riau itu, kini terbengkalai tanpa kejelasan nasib.
Jembatan yang diharapkan mampu menghubungkan Pulau Tanjung Padang dan Pulau Merbau ini merupakan jalur vital bagi warga Desa Bandul, Desa Selat Akar, dan desa-desa lainnya di Kecamatan Merbau serta Tasik Putripuyu. Lebih dari sekadar infrastruktur, jembatan ini menjadi urat nadi transportasi masyarakat yang ingin bepergian ke Kabupaten Bengkalis, serta menunjang aktivitas harian warga, mulai dari petani, pedagang, hingga pelajar.
Kepala Desa Bandul, Karyawan Noma, mengungkapkan kekecewaan masyarakat atas terhentinya proyek tersebut. Menurutnya, pembangunan jembatan dimulai sejak Februari dan sempat menjadi sumber kegembiraan warga karena diperkirakan rampung pada akhir Desember 2024. Namun, kenyataan berkata lain. Sejak bulan Oktober 2024, aktivitas proyek mulai meredup, para pekerja meninggalkan lokasi, dan alat berat pun tak lagi terlihat.
Baca Lainnya :
- Police Goes to School Dirlantas Polda Riau Tanamkan Budaya Tertib Lalu Lintas Sejak Dini di SMAN 8 Pekanbaru0
- Silahturahmi Bersama WMPR, Kapolda Riau dan Danrem Tegaskan Sinergi Lawan Karhutla0
- Perayaan Paskah, Satuan Brimob Polda Riau Lakukan Sterilisasi di Gereja HKBP Sukajadi Pekanbaru0
- Polsek Batu Hampar Gelar Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Karhutla di Desa Sungai Sialang0
- Lomba Pantun Bertema Alam Warnai Kehadiran Kapolda Riau di Festival Budaya Melayu0
“Warga kami sangat senang saat tahu jembatan mulai dikerjakan, karena ini sudah lama diidamkan. Tapi sejak bulan sembilan hingga sepuluh, pekerja mulai pulang, dan sekarang tidak ada lagi kegiatan. Kami tidak tahu pasti apa penyebabnya,” jelas Karyawan Noma kepada FN Indonesia Senin, 21 April 2025.
Ketidakjelasan informasi dari pihak kontraktor maupun pemerintah menambah kecemasan warga. Kini, masyarakat terpaksa kembali menggunakan kapal atau "tempang" untuk menyeberang. Namun, alat transportasi ini kerap mengalami kerusakan dan kapasitasnya terbatas, terutama saat momentum Lebaran seperti saat ini.
“Kadang tempang itu rusak, dan hanya dua unit saja yang bisa melayani penyebrangan. Ini bikin kami kewalahan, apalagi untuk guru dan siswa yang harus ke sekolah, atau petani yang ingin menjual hasil panen mereka,” tandasnya.
Meskipun proyek ini berada di bawah naungan pemerintah provinsi, belum ada penjelasan resmi mengenai kelanjutan pembangunan. Namun, Kepala Desa Bandul berharap agar Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi Riau tidak tinggal diam dan segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan pembangunan jembatan yang sangat dinantikan warga ini.
“Kami mohon kepada pemerintah kabupaten dan provinsi untuk memperjuangkan jembatan ini. Jangan sampai masyarakat terus menderita karena terputusnya akses,” tegasnya.
Saat ini, masyarakat Kepulauan Meranti kembali dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa janji pembangunan belum tentu menjadi kenyataan. Mereka hanya bisa berharap, semoga suara dari pelosok ini mampu menggugah nurani para pengambil kebijakan di tingkat yang lebih tinggi.
Foto kondisi terkini jembatan terbengkal
a
i
:
Editor : Ferdian Eriandy