Jembatan Penghubung Antar Pulau di Meranti Mangkrak, Anggaran Fantastis Tak Tuntas

Jembatan Penghubung Antar Pulau di Meranti Mangkrak, Anggaran Fantastis Tak Tuntas

By FN INDONESIA 21 Apr 2025, 12:30:04 WIB Daerah
Jembatan Penghubung Antar Pulau di Meranti Mangkrak, Anggaran Fantastis Tak Tuntas

Keterangan Gambar : Foto : Istimewa


FN Indonesia Kepulauan Meranti, Riau – Harapan besar masyarakat di Kecamatan Tasik Putripuyu dan sekitarnya untuk memiliki akses penghubung antar pulau Meranti yang layak kini berubah menjadi kekecewaan mendalam. Proyek pembangunan Jembatan Perawang, yang sempat menjadi simbol kemajuan infrastruktur wilayah pesisir Riau itu, kini terbengkalai tanpa kejelasan nasib. 

Jembatan yang diharapkan mampu menghubungkan Pulau Tanjung Padang dan Pulau Merbau ini merupakan jalur vital bagi warga Desa Bandul, Desa Selat Akar, dan desa-desa lainnya di Kecamatan Merbau serta Tasik Putripuyu. Lebih dari sekadar infrastruktur, jembatan ini menjadi urat nadi transportasi masyarakat yang ingin bepergian ke Kabupaten Bengkalis, serta menunjang aktivitas harian warga, mulai dari petani, pedagang, hingga pelajar. 

Kepala Desa Bandul, Karyawan Noma, mengungkapkan kekecewaan masyarakat atas terhentinya proyek tersebut. Menurutnya, pembangunan jembatan dimulai sejak Februari dan sempat menjadi sumber kegembiraan warga karena diperkirakan rampung pada akhir Desember 2024. Namun, kenyataan berkata lain. Sejak bulan Oktober 2024, aktivitas proyek mulai meredup, para pekerja meninggalkan lokasi, dan alat berat pun tak lagi terlihat. 

Baca Lainnya :


“Warga kami sangat senang saat tahu jembatan mulai dikerjakan, karena ini sudah lama diidamkan. Tapi sejak bulan sembilan hingga sepuluh, pekerja mulai pulang, dan sekarang tidak ada lagi kegiatan. Kami tidak tahu pasti apa penyebabnya,” jelas Karyawan Noma kepada FN Indonesia Senin, 21 April 2025.

Ketidakjelasan informasi dari pihak kontraktor maupun pemerintah menambah kecemasan warga. Kini, masyarakat terpaksa kembali menggunakan kapal atau "tempang" untuk menyeberang. Namun, alat transportasi ini kerap mengalami kerusakan dan kapasitasnya terbatas, terutama saat momentum Lebaran seperti saat ini. 

“Kadang tempang itu rusak, dan hanya dua unit saja yang bisa melayani penyebrangan. Ini bikin kami kewalahan, apalagi untuk guru dan siswa yang harus ke sekolah, atau petani yang ingin menjual hasil panen mereka,” tandasnya. 

Meskipun proyek ini berada di bawah naungan pemerintah provinsi, belum ada penjelasan resmi mengenai kelanjutan pembangunan. Namun, Kepala Desa Bandul berharap agar Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi Riau tidak tinggal diam dan segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan pembangunan jembatan yang sangat dinantikan warga ini. 

“Kami mohon kepada pemerintah kabupaten dan provinsi untuk memperjuangkan jembatan ini. Jangan sampai masyarakat terus menderita karena terputusnya akses,” tegasnya. 

Saat ini, masyarakat Kepulauan Meranti kembali dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa janji pembangunan belum tentu menjadi kenyataan. Mereka hanya bisa berharap, semoga suara dari pelosok ini mampu menggugah nurani para pengambil kebijakan di tingkat yang lebih tinggi. 

Foto kondisi terkini jembatan terbengkalai :







Editor : Ferdian Eriandy 





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment