- Gajah Sumatera Ikut Meriahkan Upacara HUT ke-80 RI di BBKSDA Riau
- Polda Riau Gelar Grand Final Lomba Cipta dan Baca Puisi Semarakkan HUT ke-80 RI
- Kapolri Lantik Komjen Pol Dedi Prasetyo sebagai Wakapolri
- Polres Rohil Gelar Olahraga Bersama dan Lomba Rakyat Meriahkan HUT RI ke-80
- Dorong Keberlanjutan, Pertamina Patra Niaga Sumbagut Benahi Tata Kelola Agen BBM Industri
- Kabar Duka, Komedian dan Presenter Mpok Alpa Meninggal Dunia Setelah Berjuang Lawan Kanker
- Satlantas Polresta Pekanbaru Gelar Olahraga Bersama Sambut HUT ke-80 RI
- Gerakan Pangan Murah Bersama Bulog, Polda Riau Hadir Di Mapolsek Sukajadi
- Mahasiswa Unri Geruduk Kantor Gubernur Riau, Pagar Kiri Gedung Jebol Saat Aksi
- Kasus 63 Kg Ganja, UIN Suska Riau Perketat Keamanan dan Bentuk Satgas Antinarkotika
Awas! Kartu SIM Teregistrasi Data Orang Lain Beredar, Ini Tindakan Polisi

Pekanbaru, FNIndonesia.com- Tim Subdit V Tipid Siber Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Riau menangkap seorang pelaku penyalahgunaan registrasi ribuan kartu provider prabayar perdana.
Seluruh kartu perdana dari berbagai provider itu diregistrasi oleh pelaku dengan menggunakan data orang lain dengan bantuan sebuah alat yang tergolong canggih. Dalam satu kali registrasi, alat tersebut mampu menyelesaikan 16 kartu perdana sekaligus.
Direktur Reserse Kriminal Khusus, Kombes Nasriadi menjelaskan, pelaku yang diamankan yakni FW. Dari pengakuannya, dia telah beraksi sejak 2018 lalu. Dia diduga mendapatkan data nomor kartu keluarga (KK) serta nomor induk kependudukan (NIK) dari data saat pemilu 2018 dan 2024 kemarin.
Baca Lainnya :
- 16 Orang Terjarjng Razia Tempat Hiburan Malam di Pekanbaru Positif Narkoba0
- dr. Budi, Sosok Dokter Sp.OG. yang Berdedikasi Tinggi di Rumah Sakit Madani0
- Revitalisasi Kawasan Tertib Lalulintas, Korlantas Polri sambangi Ditlantas Polda Riau0
- Terdeteksi 223 Hotspot Karhutla di 9 Wilayah Sumatera0
- Semester I 2024, Bapenda Pekanbaru Catat Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah0
"Kita tersisa menyelidiki dari mana tersangka ini mendapatkan data-data tersebut. Yaitu nomor KTP dan KK yang dia masukkan untuk registrasi dan dia jual kepada masyarakat. Yang bersangkutan telah beroperasi sejak 2018, kita duga dia mendapatkan data tersebut b ketikan pemilihan pilpres tahun 2018. Dia mendapatkan dari orang-orang yang menjadi penanggung jawab di TPS-TPS. Makanya ini akan kita kembangkan. Ini dari 2018 dan 2024 sudah enam tahun," kata Nasriadi, Selasa (16/7/2024).
Modus pelaku dalam melancarkan aksinya yakni dengan membeli ribuan kartu perdana dari berbagai provider kemudian diregistrasi sendiri menggunakan sebuah alat yang dibeli pelaku seharga Rp2,5 juta. Dari pengakuannya, alat tersebut dibeli dari seorang kenalan di Pekanbaru.
"Dalam satu kali registrasi alat tersebut mampu memproses 16 kartu perdana sekaligus. Ini sangat berbahaya, karena kartu perdana ini bisa digunakan untuk kejahatan-kejahatan siber yang lain seperti judi online dan penipuan. Karena kartu ini diregistrasi menggunakan data orang lain," tuturnya.
Dia menjelaskan, kartu provider yang sudah jadi dijual oleh pelaku seharga Rp20 ribu hingga Rp200 ribu per kartu. "Kita menyita hampir 4.000 kartu, harga jual kartu biasa berkisar Rp20 ribu. Ketika nomor cantik sampai dengan Rp200 ribu," ucapnya.
Nasriadi menegaskan, pihaknya akan menggelar razia dan akan menindak tegas konten-konten hp yang menjual kartu perdana yang telah teregistrasi.
"Seyogyanya kartu itu diregistrasi saat dibeli oleh konsumen dan membawa identitas resmi, bukan telah diregistrasi seperti yang dilakukan oleh pelaku. Saya himbau kepada seluruh konter-konter yang ada di Pekanbaru dan Riau untuk tidak lagi menjual kartu perdana yang sudah teregistrasi, karena akan kita tindak, " tegasnya.
Saat ini, FW mendekam di tahanan Polda Riau dan dijerat Pasal 51 dan Pasal 35 UU ITE dengan ancaman 12 tahun penjara dan denda Rp12 miliar.(***)