- Sinergi TNI-Polri, Danramil dan Camat Sambangi Polsek Pekanbaru Kota Rayakan HUT Bhayangkara 2025
- Presiden Beri Penghargaan Bergengsi kepada Divisi Humas Polri dan Enam Satuan Kerja Lain
- Hari Bhayangkara ke-79 di Kediaman Gubernur Riau, Tampilkan Wajah Baru Polri yang Humanis dan Inklusif
- 95 Personel Polresta Pekanbaru Naik Pangkat, Kapolresta: Ini Amanah untuk Tingkatkan Pengabdian
- Dirgahayu Polri ke-79! PSMTI Riau: Polri Milik Rakyat, Teruslah Mengabdi untuk Negeri
- Polres Rokan Hilir Gelar Bhakti Sosial Pengadaan Fasilitas Air Bersih Sambut HUT Bhayangkara ke-79
- Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional, Polsek Batu Hampar Bersama Warga Tanam Jagung 2 Hektare
- 937 Personil Naik Pangkat, Kapolda Riau: Tekankan Pelayanan Tulus dan Integritas
- Gema Cinta Lingkungan dan Semangat Persatuan Warnai Festival Polisi Cilik Hari Bhayangkara ke-79 di GOR Tribuana
- Tri Prasetyo dan Denis Raih Juara 1 Bhayangkara Drag Bike 2025 Polda Riau
Bayi Orangutan Lahir di Kasang Kulim, Bukti Keberhasilan Konservasi di Riau

Keterangan Gambar : Induk Orangutan bernama Susi sedang menggendong anaknya yang bernama Ade di Kandang Kebun Binatang Kasang Kulim Zoo / FOTO : Annisa Firdausi
FN Indonesia Pekanbaru – Kabar menggembirakan datang dari Lembaga Konservasi Kasang Kulim, Kabupaten Kampar, Riau. Seekor bayi orangutan Sumatera (Pongo abelii) jantan lahir dari induk bernama "Ade" pada Jumat, 2 Mei 2025, sekitar pukul 09.30 WIB.
Bayi tersebut lahir dalam kondisi sehat dan aktif, berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono, menyampaikan bahwa setelah menerima laporan dari pengelola kebun binatang, pihaknya segera menurunkan tim medis untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi induk dan anak orangutan tersebut.
“Dari laporan pihak kebun binatang, kami langsung menurunkan tim medis untuk mengecek kondisi satwa. Hasilnya, bayi orangutan berjenis kelamin jantan dan dalam keadaan sehat,” ungkap Supartono saat ditemui, Kamis (8/5/2025).
Induk orangutan susi, yang berusia sekitar 15 tahun, merupakan satwa hasil serahan masyarakat yang tidak dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya. Oleh karena itu, ia dirawat secara intensif di Kebun Binatang Kasang Kulim.
Supartono menambahkan, setelah kelahiran tersebut, pihak BBKSDA segera melaporkannya ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Menteri Kehutanan Raja Juli kemudian memberikan nama Ade untuk bayi orangutan tersebut sebagai simbol harapan baru bagi konservasi satwa langka di Indonesia.
Menurut Agustina, pengelola Kasang Kulim, proses kelahiran berlangsung secara alami tanpa bantuan pawang atau petugas. “Waktu itu pawang hanya sebentar meninggalkan kandang. Saat kembali, Susi sudah terlihat menggendong anaknya,” jelasnya.
Selama masa kehamilan selama 10 bulan, pihak pengelola memberikan perhatian khusus terhadap Susi, mulai dari pola makan, kecukupan air minum, hingga kebersihan dan kenyamanan kandang. Proses reproduksi dilakukan dengan menyatukan Susi dan pejantan orangutan bernama Yongki dalam satu kandang selama tiga bulan.
Hal menarik lainnya, menurut Agustina, adalah perilaku Susi pasca melahirkan. “Awalnya Susi sempat enggan menunjukkan bayinya ke pawang atau pengunjung. Tapi dalam beberapa hari terakhir, ia mulai lebih terbuka dan terlihat nyaman dengan kehadiran manusia di sekitarnya,” tambahnya.
Kelahiran bayi orangutan ini menjadi tonggak penting dalam upaya konservasi satwa langka di Indonesia, khususnya spesies orangutan Sumatera yang kini berstatus Critically Endangered atau sangat terancam punah menurut IUCN.
Selain kelahiran bayi orangutan, Kebun Binatang Kasang Kulim juga mencatat kelahiran beberapa satwa lain dalam beberapa bulan terakhir, seperti landak dan binturong. Hal ini menunjukkan peningkatan kualitas perawatan dan keberhasilan program konservasi yang diterapkan. (***)
Editor : Ferdian Eriandy